Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

SAHABAT INSPIRASI

Sore itu. Aku bersyukur pada Allah, Alhamdulillah, karena telah menuliskan pertemuan kita di hari ini. Bukankah kita sudah lama saling merindu? Begitu yang selalu kita tulis dengan bahasa terselubung di chatting whatsapp. Kamu dengan segala kesibukanmu dengan "program besar" hidupmu, dan aku dengan kesibukan "study" ku. Secara logika, kita sama-sama berfikir, kita tidak akan saling jumpa dalam waktu dekat. Tapi rasa di hati, tidak bisa berbohong, kita sama-sama meyakini di dalam hati bahwa rencana Allah pasti lebih indah. Sedikit misscomunicatioan yang terjadi, tidak melewatkan semangat kita saling bertemu. Aku yang hampir 30 menit terlambat, akhirnya mendapatimu duduk dengan wajah lelah dihalte bus. Kamu memang selalu begitu, setia menunggu. Lalu kitapun tidak berlama-lama. Langsung mencari angkutan ke tempat yang akan kita tuju. Hari ini, walaupun tidak saling berjanji, tapi kita sepakat untuk saling mendengarkan. Aku mendengarkan cerita penuh hi...

"Ma, do'akan aku ya..."

Bukankah kalimat itu yang sangat kamu tunggu untuk diucapkan setiap akhir telpon bersama ibumu?. Kalimat yang dulu sangat malu-malu kamu ucapkan kalau sedang didekat ibumu, kini menjadi kalimat wajib yang harus kamu sampaikan padanya. Ini salah satu momen yang terpenting menurutmu. Keberkahan dari ibu, kamu hanya ingin itu. Lalu ibumu pasti menjawab singkat "yoo". Lalu hatimu menjadi sedikit tenang. Ada lagi momen yang lain, saat ibumu antusias menanyakan kegiatan sehari-harimu maupun kegiatan mingguanmu. Ini adalah momen yang menyenangkan bagimu. Kamu bisa berbagi dengan jujur apapun yang terjadi dalam hidupmu beberapa waktu yang lalu, kamu bebas berkeluh kesah tanpa harus dihujat. Karena dia adalah satu sosok wanita yang sangat mengerti kamu. Selalu mensupport dalam kebaikan, dan mengingatkan dikala kamu terlena. Momen lainnya, yaitu saat ibu menanyakan kembali ceritamu bulan lalu. Tanda ibu sangat merekam apapun yang kamu bicarakan. Bulan lalu kamu sempat berc...

BUNGA DAN KUMBANG KOKSI

Pagi ini matahari hadir dengan semburat yang sedikit kelabu. Sinarnya meredup tak secerah hari-hari yang lalu. Bunga di dalam pot merah jambu itu tampak bersedih di rundung pilu. Harapannya hari ini untuk di terpa sinar mentari yang cerah, tak diloloskan oleh Sang Maha memiliki segala. Tetes demi tetes rintik gerimispun membasahi kelopaknya. Bunga itu larut dalam tangis yang ikut berlalu bersama derasnya hujan. Lalu datang seekor kumbang koksi membawa daun kering kecil mencoba untuk melindunginya dari hujan. Tangisnya tertahan, karena melihat kumbang yang begitu gigih membuatnya tidak kuyup. Saat hujan berhenti, tangisnya pun mereda, senyumnya kembali, karena ia menyaksikan pelangi warna-warni bersamaan dengan cerahnya sinar mentari yang menyelusup diantara awan-awan. Lalu kumbangpun beranjak pergi, melanjutkan perjalanan yang entah kemana. Ia hanya singgah menetap sementara untuk menghapus pilu Bunga dalam pot. Entah ia akan kembali atau tidak. Bungapun semakin mekar dan...