Langsung ke konten utama

"Ma, do'akan aku ya..."



Bukankah kalimat itu yang sangat kamu tunggu untuk diucapkan setiap akhir telpon bersama ibumu?. Kalimat yang dulu sangat malu-malu kamu ucapkan kalau sedang didekat ibumu, kini menjadi kalimat wajib yang harus kamu sampaikan padanya. Ini salah satu momen yang terpenting menurutmu. Keberkahan dari ibu, kamu hanya ingin itu. Lalu ibumu pasti menjawab singkat "yoo". Lalu hatimu menjadi sedikit tenang.

Ada lagi momen yang lain, saat ibumu antusias menanyakan kegiatan sehari-harimu maupun kegiatan mingguanmu. Ini adalah momen yang menyenangkan bagimu. Kamu bisa berbagi dengan jujur apapun yang terjadi dalam hidupmu beberapa waktu yang lalu, kamu bebas berkeluh kesah tanpa harus dihujat. Karena dia adalah satu sosok wanita yang sangat mengerti kamu. Selalu mensupport dalam kebaikan, dan mengingatkan dikala kamu terlena.

Momen lainnya, yaitu saat ibu menanyakan kembali ceritamu bulan lalu. Tanda ibu sangat merekam apapun yang kamu bicarakan. Bulan lalu kamu sempat bercerita mengenai kegiatan menghafalan qur'an. Lalu bulan selanjutnya tiba-tiba ibumu bertanya dengan lembut "1 juz itu berapa surat?".  "Ada 20 halaman, ma", katamu sembari mengilustrasikan dengan bahasa yang dimengerti ibumu. Dengan cukup terkesan, ibumupun mengapresiasi para penghafal qur'an, "1 juz saja sebanyak itu, apalagi mereka yang mampu menghafal 1 alqur'an?". Lanjutmu "Ma, kalau kita sedang mengobrol bersama penghafal qur'an itu, rasanya sejuk. Seperti kita sedang haus, terus dapat minum". Kamu menambahkan sedikit cerita itu agar waktu mengobrol bersama ibumu lebih panjang. Dan Ini adalah momen yang membahagiakan. Terasa beban dipundakmu rontok seketika.

Kamu tau? Mungkin kamu memang tak cukup cakap dalam berbicara, memberikan saran, solusi untuk orang lain disekitarmu. Namun caramu mendo'akan, sembari membuat mengerti sekitar dengan tindakan & perlahan, itu sudah sebuah ikhtiar yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Aku terharu dengan caramu. Pada akhirnya Allah akan memudahkan siapapun yang ingin mendekat dengan-Nya kan? Bukankah demikian?.





Pict. : https://www.google.co.id/search?q=menelpon+ibu&client=ms-android-samsung&prmd=inv&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjf36yRoe3YAhVIWLwKHcUODrkQ_AUIESgB#imgdii=uPnh7wFX3N-FnM:&imgrc=Dami6WRYsnF4aM:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Corel Draw itu Asyik

090413 CorelDraw itu Asyik.. Bagi yang ngaku "manusia Otak kanan".. Pasti idupnya gak jauh2 dari art.. musicc, melukis, menggambar, de el el.. Nah kali ini, ane mau nge-postt hasil karya anee yang di buat lewat salah satu software menarik, Corel Draw X5... Yakin dee bagi yang suka ngegambarr, pasti langsung jatuh cintaa ama ni software... Salam Berkarya.. :)

Memilih Langit atau Bumi

Langit itu kembali kelabu, bahkan hari ini lebih kelam lagi. Ini puncakny. Seperti yang terjadi beberapa tahun silam. Hitam pekatnya sama. Hitam sekali. Langitnya seperti mau roboh lalu menghantam Bumi yang akhir-akhir ini terlihat penuh kepalsuan. Seorang anak berlari ke dalam rumah. Cepat sekali. Takut. Takut ikut menjadi korban kemarahan Langit. Ia berlindung di dalam rumah, sambil mendongak ke luar jendela. Dia penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya diantara mereka.  Langit mengeluarkan kilatnya. Putih bercahaya. Menampakkan kemarahannya yang sangat. Seisi Bumi pasti terkejut menyaksikan cahaya yang menyilaukan mata itu.  Suaranya menggelegar, memaksa anak itu harus sukarela menutup telinganya. Dia bertanya dalam hati, "Apa gerangan Bumi sehingga Langit marah?". Bukankah Bumi selama ini baik, ia hijau. Atau mungkin karena penghuni Bumi yang sudah merekayasa?. Menjadikan Bumi angkuh." Suara gemuruh bersahut-sahutan. Keras. Tiada henti. Bumipun membalas L

SAHABAT INSPIRASI

Sore itu. Aku bersyukur pada Allah, Alhamdulillah, karena telah menuliskan pertemuan kita di hari ini. Bukankah kita sudah lama saling merindu? Begitu yang selalu kita tulis dengan bahasa terselubung di chatting whatsapp. Kamu dengan segala kesibukanmu dengan "program besar" hidupmu, dan aku dengan kesibukan "study" ku. Secara logika, kita sama-sama berfikir, kita tidak akan saling jumpa dalam waktu dekat. Tapi rasa di hati, tidak bisa berbohong, kita sama-sama meyakini di dalam hati bahwa rencana Allah pasti lebih indah. Sedikit misscomunicatioan yang terjadi, tidak melewatkan semangat kita saling bertemu. Aku yang hampir 30 menit terlambat, akhirnya mendapatimu duduk dengan wajah lelah dihalte bus. Kamu memang selalu begitu, setia menunggu. Lalu kitapun tidak berlama-lama. Langsung mencari angkutan ke tempat yang akan kita tuju. Hari ini, walaupun tidak saling berjanji, tapi kita sepakat untuk saling mendengarkan. Aku mendengarkan cerita penuh hi

Nge-BLOG returns

Ada fakta yang kutemukan dalam hidupku bahwa ada waktu, aku rindu melihat aku dimasa dulu. Perubahan-perubahan apa saja yang kulalui. Berubahkah aku ke arah yang baik. Seberapa aneh sifatku dulu. Seberapa kakunya aku dulu. Hingga penasaran apakah aku pernah puber atau tidak. Aku tak suka mengupload foto ke sosial mediaku, jadi hal yang paling mungkin bisa kuperhatikan adalah dari aktivitas chattingan dengan teman-teman perempuan atau lelaki, status-status diberanda facebook, serta tulisan-tulisan pendek yang meramaikan instagram. Kadang aku senyum-senyum kecil melihat bahasaku dulu yang serba terlalu. Terlalu lebay, terlalu alay, terlalu polos, terlalu perhatian, terlalu ramah, terlalu cepat marah, haha (mungkin sekarang masih? Semoga intensitanya gak se"terlalu" dulu 😁). Lucunya, aku yang di chattingan (ditulisan) lebih ekspresif dari aslinya. Aslinya aku sangat pemalu & cenderung pendiam. Koq bisa? Aku tidak ahli public speaking, 1 menit 2 menit aku bicara l

PERJALANAN NANO NANO

Entah mengapa, malam ini sedikit royal. Nafsu makan-makan meningkat. Jarang sekali, jajan makanan sampai 100ribuan macem-macem dalam satu malam. Mungkin berasa gak bakal nemu makanan-makanan ini lagi dikemudian hari. Kaya yang mau pergi jauh aja ya. 😁 Perjalanan malam selasa bersama unchik ini, aku mulai dari keliling taplau (tapi lauik). Menikmati sejuknya suasana angin malam. Dari ujung tugu perdamaian, lalu berkelok  menuju jembatan siti nurbaya. Stop! Motor birupun berhenti didepan ibu berjilbab hijau yang sibuk mengipas jagung bakar. Yups. Aku awali jajan malam ini dengan jagung bakar pedas. "Buk, Jaguang baka 3, padeh, dibungkuih", sahutku. Sambil menunggu jagung, akupun berkelakar dengan unchik. Kami bercerita seenaknya dan sekenanya. Unchik bercerita tentang kehidupan kosnya, kampus, janjinya yang akan membuktikan kalau ia akan sukses meraih ipk min. 3 dengan SKS (sistem kebut semalam) saat akan ujian. Hehe. Akupun lebih memilih bercerita tentang kabar t

AYAH ZAMAN NOW?

Aku baru tau kalau peran ayahpun penting dalam mendidik jiwa anak. Aku yang terbiasa dididik "hanya" oleh ibu saja  merasa cukup, walau tanpa banyak kehadiran sosok ayah. Dulu, aku berfikir hadir atau tidaknya ayah dalam keluarga tidak akan memberi dampak. Ini pendapatku dulu.  Ibu adalah sosok yang memberi tahu kita tentang kelembutan, kehangatan, lebih banyak kasih sayang dan lindungan ala ibu. Namun ayahpun tidak kalah penting, ia mengajari tentang apa arti tegas, membentuk kepercayaan diri anak, dan melindungi ala ayah. Ayah biasanya memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang dunia luar, karena ia punya peran di luar rumah (mencari nafkah), ia terbiasa menjalin relasi dengan banyak orang-orang berwatak berbeda-beda. Darinya anak akan mempelajari tentang cara bersosial dengan kerabat jauh, orang baru, maupun membentuk relasi. Ia sosok yang lebih teknis, punya lebih banyak solusi-solusi masalah yang lebih nyata. Kalau ibu lebih sering mengingatkan dengan marah b

NEW RIRO

#SOBATSERIES2 Nama : New RiRo Panggilan (dariku) : Ri, Rii, RiRo Usia : Seperempat abad dan sudah ke Shanghai di umur ini Karakter alamiah : Curious Deskripsi sedikit lebar : Namanya RiRo, New RiRo, bukan nama aslinya, tapi nama instagramnya sewaktu dulu masih aktif main instagram. Jangan dicari untuk difollow atau sekedar kepo, sekarang udah dihapus, katanya gak mau main lagi,  karena unfaedah. Aku mengenalnya sejak kuliah tentu saja, walau sama-sama dari Padang padahal. Baru berteman baik sekali, saat di perantauan, di Bandung, sewaktu nasib kami masih sama-sama fresh graduate nan pengangguran. Sekarang dia sudah senang bergaji tiap bulan disebuah kantor di Jakarta, Alhamdulillah, sedangkan aku masih menyandang status yang sama, sama seperti dulu,  wkwk. Dan sampai sekarang aku belum pernah ke rumahnya yang di lubuk minturun, faktor jauh bisa jadi, dan diapun tidak berminat mengajakku ke rumahnya walaupun dia sering cerita tentang itik dan telor itiknya yang bikin mata

SATU TAHUN

Alhamdulillah. Tahun  ini terlewati dengan baik, berakhir menyenangkan, dan tentunya menambah taman-taman bunga disetiap ruang dalam hati. Tentu tahun-tahun ini bukan tahun yang mudah, ada duka, ada sedih, namun hal yang membahagiakan lebih banyak.  Allah pertemukanku  dengan teman-teman yang sangat merangkul.  Mereka semua  sahabat yang selalu aku rindukan kehadirannya. Berangkat bersama ke kantor dengan motor. Tak jarang aku yang sering kali menzholiminya karena sering telat datang kerumah. Menertawakan hal receh, lalu berfikir "kenapa aku bisa ngakak cuma karena ini?". Menyelesaikan masalah  dengan cara yang sangat out of the box . Mereka  juga tidak pelit berbagi ilmu, didekat mereka aku selalu merasa menjadi orang yang berkembang, bisa memahami hal-hal yang dulunya sulit paham.  Mereka  menjadi teman membolos, diam-diam saat jam ngantor kita ngemall bareng, karena mumet dengan tumpukan kerja. Allah beri aku rumah kedua yang sangat menyenang

MENTARIKU

Salah satu hal yang membahagiakan dalam hidup adalah saat kamu dengan tanpa beban, dengan tanpa malu-malu, apalagi rasa takut "memeluk" ibu di depan orang lain ataupun saat berdua sama ibu. Hari ini, setelah 25 tahun 4 bulan usiaku, aku baru merasakannya. Lucu ya. Rasanya? Seperti kamu sedang kepanasan dibawah terik mentari, lalu tetes-tetes air es terpercik ke wajahmu. Sejuk. Dulu, aku sangat malu berlemah lembut didepan ibuku. Mungkin karena keseharianku selalu bersamanya. Mungkin juga karna kami sekeluarga terbiasa bersikap cuek satu sama lain. Bermanja, memeluknya, menciumnya terasa menjadi hal yang aneh. Bahkan untuk sekedar berbicara dengan nada yang lembut saja, rasanya canggung. Terkadang kalau liat adegan sinetron rumah cemara, aku sempat bertanya-tanya. Apakah ada didunia ini keluarga yang seperti itu? Saling sayang menyayangi. Hari ini, aku bisa buktikan. Aku bisa. Tentu ada proses yang cukup memakan waktu. Aku pelajari dari buku2, dengerin ceramah

BUNGA DAN KUMBANG KOKSI

Pagi ini matahari hadir dengan semburat yang sedikit kelabu. Sinarnya meredup tak secerah hari-hari yang lalu. Bunga di dalam pot merah jambu itu tampak bersedih di rundung pilu. Harapannya hari ini untuk di terpa sinar mentari yang cerah, tak diloloskan oleh Sang Maha memiliki segala. Tetes demi tetes rintik gerimispun membasahi kelopaknya. Bunga itu larut dalam tangis yang ikut berlalu bersama derasnya hujan. Lalu datang seekor kumbang koksi membawa daun kering kecil mencoba untuk melindunginya dari hujan. Tangisnya tertahan, karena melihat kumbang yang begitu gigih membuatnya tidak kuyup. Saat hujan berhenti, tangisnya pun mereda, senyumnya kembali, karena ia menyaksikan pelangi warna-warni bersamaan dengan cerahnya sinar mentari yang menyelusup diantara awan-awan. Lalu kumbangpun beranjak pergi, melanjutkan perjalanan yang entah kemana. Ia hanya singgah menetap sementara untuk menghapus pilu Bunga dalam pot. Entah ia akan kembali atau tidak. Bungapun semakin mekar dan