Dalam hidup, ada hal yang tak bisa kamu pungkiri. You can’t live entirely alone. Adalah sebuah fitrah manusia saling membutuhkan satu sama lain, mempunyai orang-orang yang mensupport, dan memiliki teman adalah jawabannya. Suatu kesyukuran jika kamu punya satu saja teman untuk pulang. Yaa.. pulang.
Bagiku teman untuk pulang berarti ia adalah tempat yang kamu
tuju, dapat dibilang kamu satu frekuensi dengannya, kamu benar-benar merasa
nyaman berada didekatnya. Kamu tidak merasa segan merepotkannya. Mau bicara abcd sampai z balik lagi ke a, mau dibolak
balik jadi bacd, mau bertingkah
gimanapun, segila apapun, jingkrak, guling-guling, garukin dinding, niruin gaya
monyet sekalipun, senang, tertawa terbahak, sedih, nangis bercucuran air mata,
bahagia, apapun itu tidak ada batas. Bisa dibilang urat malumu sudah putus jika bersamanya.
Sebaliknya denganmu, akan ada sesuatu yang kamu rasa “special”
bagimu, yang dengan sadar dan ikhlas kamu siapkan untuk kamu berikan padanya. Kamu
berusaha memberikan service terbaik
untuknya, membuat iapun merasa nyaman denganmu, paling gak mau mengecewakannya.
Kamu merasa bebas menasehatinya tanpa takut ia tersinggung, bebas do’ain
kebaikan untuknya. Bahagia tiada tara kalau diapun merepotkanmu, memberi berita
pentingnya kepadamu, bahkan kamulah jadi yang pertama tau. Aaahhh, suatu kesedihan
yang mendalam, jika kamu dan sahabatmu berada di satu kota tapi tak kunjung
bisa bertemu. Lebih kurang Sahabat lah yaa namanya.
Aku memang bukan orang yang cepat beradaptasi dengan orang
baru. Butuh waktu yang lama, harus ada ta’aruf dulu, ada ta’liful qulub dulu, bahkan
kalau bisa harus bermalam bersama dulu (mabid bareng), sampai akhirnya aku benar-benar merasa
nyaman, untuk menjadikan seseorang menjadi teman pulangku. Aku bukan tipikal
orang yang mudah berteman dengan banyak orang. Biasanya pendekatanku cukup
cantik, dengan fardiyah-personal. Walaupun diluar sana memang ada, seseorang
yang bisa langsung klop dengan yang lainnya, bisa bersahabat dengan kumpulan
orang banyak yang baru dikenalnya. Aku tidak demikian, rata-rata pendapat
sahabatku saat pertama bertemu, aku cenderung dinilai sombong, ketus, dan
pendiam.
Alhamdulillah, Allah pertemukan aku dengan orang-orang yang luar biasa baik, yang menurutku mereka adalah teman pulangku. Pertemuanku dan pendekatanku
dengan mereka semua sangat berkesan. Padang, Pariaman, Painan, Padang Panjang,
Payakumbuh, Bukittinggi, Bandung, Jogja, dan sekarang disini. Thanks for being my best friends in the world, girls.
●JKT● 41117●19:56●
●JKT● 51117●23:27●
Picture by : @anggunmuliati (Instagram)
●JKT● 51117●23:27●
Picture by : @anggunmuliati (Instagram)
Komentar
Posting Komentar